Komunikasi dalam Organisasi
Kelompok 4 :
Nama
|
NPM
|
Andi Abizar G
|
18112197
|
Bani Buchari S
|
11112365
|
Efraim Julian R
|
12112372
|
Heru Liberty
|
13112451
|
Mesah Dikaprius R
|
14112555
|
M. Rezka Pandega
|
15112045
|
Rima Tiara Andini
|
16112387
|
Shella Rasita Febriani
|
16112975
|
Kelas 2KA20
Universitas Gunadarma
2013
Kata
Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas nikmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah Softskill tentang Komunikasi Dalam
Organisasi. Atas nikmat yang diberikan pula kita dapat mempelajari dan
mengetahui ilmu yang belum kita ketahui. Kami berterimakasih kepada Bu Ira
Phajar Lestari sebagai Dosen Softskill
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh siapapun
yang melihat dan membacanya. Serta dapat berguna dalam menambah pengetahuan dan
wawasan, khususnya dalam Komunikasi dalam Beroganisasi. Kami menyadari sepenuhnya
mungkin tugas makalah ini jauh dari kata sempurna,
masih mempunyai banyak kekurangan, untuk itu kami sangat
menerima kritikan serta saran, demi perbaikan dimasa yang akan datang serta
sebagai sarana untuk membangun suatu kesempurnaan.
Semoga makalah yang kami buat ini bisa menjadi sesuatu
yang sangat bermanfaat dan berguna bagi orang
–orang yang membacanya maupun kami sendiri yang membuatnya. Kami selaku
penyusun makalah ini, memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dimasa yang
akan datang.
Jakarta , 11
Oktober 2013
Pendahuluan
Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi
sebaiknya kita uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi
organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari
bahasa latin “communis” atau “common” dalam bahasa
Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai
kesamaan makna, “commonness”.
Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi
informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala
utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda
terhadap lambang yang sama
Sedangkan organisasi berasal dari bahasa Inggris “organization” yang artinya adalah
sekelompok manusia yang berkumpul untuk memenuhi tujuan dari kelompok maupun
individual. Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan. Ada 2 tipe organisasi
yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Organisasi formal adalah
organisasi yang dibentuk dengan keanggotaan yang jelas, tujuan yang jelas,
tanggung jawab antar kelompok yang jelas, dan pengrekrutan kelompok yang jelas,
contoh organisasi formal di dalam lingkungan universitas Gunadarma adalah Badan
Eksekutif Mahasiswa atau yang disingkat dengan BEM. Adapun organisasi yang
informal yaitu organisasi yang hanya bersifat sementara dan tidak mempunyai
tujuan yang real, contohnya makan
malam sesama anak sistem informasi.
Manusia
adalah mahkluk monodualisme yaitu manusia sebagai mahkluk individu dan mahkluk
sosial. Karena manusia adalah mahkluk sosial, manusia pasti membutuhkan manusia lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi sebagai
kelompok ataupun sebagai masyarakat. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia
terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan
masyarakat. Di dalam kelompok atau organisasi itu
selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk
kelangsungan hidup kelompok karena bila tidak ada pemimpin maka tidak ada yang dapat mengatur kelompok
atau organisasi tersebut. Biasanya, suatu kelompok terdiri
dari pemimpin, dan anggota kelompok. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya
kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut
terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial atau kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu
proses adanya suatu keinginan masing-masing individu untuk memperoleh suatu
hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang
berkelanjutan.
Jenis-Jenis
Komunikasi
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu
organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun
organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi
tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung
dalam organisasi tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi
menurut Onong Uchyana Effendi dalam bukunya yang berjudul “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50,
komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya
antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan
untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai
keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan
suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi
menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam
kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan
melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik.
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss
dalam Human Communication
menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:
1. Model komunikasi
linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu
stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi
dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2. Model
komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada
tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung
bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran
ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang
lain bertindak sebagai komunikan.
3. Model
komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam
konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini
menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang
tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu
kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan
pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari
batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
- Adanya suatu jenjang
jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam
organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti
pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.
- Adanya pembagian
kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial
maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang
telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam
organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam
kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber,
komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan
yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of
messages within a network of interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut
terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal
dan komunikasi horizontal.
Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat
tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya yang berjudul “Understanding Human Communication”, mencoba menguraikan
masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut
sebagai berikut:
1. Downward
communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang
berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah
ini adalah:
a) Pemberian
atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu
tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai
peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d) Pemberian
motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward
communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate)
mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke
atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan
pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang
persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh
bawahan
c) Penyampaian saran-saran
perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari
bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal
communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki
koordinasi tugas
b) Upaya
pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Proses Komunikasi
Proses berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang akan disampaikan oleh pengirim, kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran), kemudian diterima oleh penerima.
Pada tataran teoritis, paling
tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
- Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin
Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan
lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi
informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu
(fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain
melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang
disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang
sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah
terjadi.
- Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif
perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di
mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada
receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan
bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal
di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh
respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu
pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver.
Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua
perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu
organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu
organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam
organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons
khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang
disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan
suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak
berbagi informasi atau tidak.
Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi
antarmanusia yang disajikan dalam suatu model berikut:
Proses
komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok
yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai
berikut:
- Langkah
pertama yang dilakukan
sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan
seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan
landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
- Langkah
kedua dalam penciptaan
suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau
gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang
disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek
terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana
sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa
tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah
atau gambar-gambar.
- Langkah
ketiga dalam proses
komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber
menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis,
menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah
ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat
untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi
lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan
saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis
ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti:
televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha
untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan,
sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
- Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan.
Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang
pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut
akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu
memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan
kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan
decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya
penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan
bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
- Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan
balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah
disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari
penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata
ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan
tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat
dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
Fungsi
Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi
komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan
melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system).
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara
lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai
perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada
semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi
regulatif ini, yaitu:
- Atasan atau
orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi
atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka
ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya
perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk
menjalankan perintah banyak bergantung pada:
- Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan
perintah.
- Kekuatan pimpinan
dalam memberi sanksi.
- Kepercayaan bawahan
terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.
- Tingkat kredibilitas pesan yang
diterima bawahan.
- Berkaitan
dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka
untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan
kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasi.
Memahami Komunikasi dalam Organisasi
Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan
pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu
organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan
gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan
mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran
manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam
organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan
kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang
yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang
efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan
sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan
dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a
given situation).
Masing-masing gaya komunikasi
terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan
respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud
dari pengirim (sender) dan harapan
dari penerima (receiver).
Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sbb:
1.
The
Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan
ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa
dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way
communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling
style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman
pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai
rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau
feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator
satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi
justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain
mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator
satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun
lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of
communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya
bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk
kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons
atau tanggapan yang negatif pula.
2.
The
Equalitarian style
Aspek penting gaya
komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal
secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of
communication).
Dalam gaya komunikasi
ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang
rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan
setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang
memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang
baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan
kerja. The equalitarian style
ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif
dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil
keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya
tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini,
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan
perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta
struktur organisasi. Pengirim pesan (sender)
lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan
jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan
prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio
State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang
mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating
Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa
(initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan
pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan
dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4.
The
Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki
kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada
tindakan (action-oriented). The
dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye
ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif
ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan
lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan
dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan
bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi
masalah yang kritis tersebut.
5.
The
Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan
kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada
keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai
hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan
efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan
orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia
untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6.
The
Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan
adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari
orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena
ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh
orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika
seseorang mengatakan: “Saya tidak
ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna
bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga
mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang
lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks
komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di
atas adalah bahwa the equalitarian
style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal.
Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing
dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi
organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal
mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat.
Hambatan Komunikasi dalam Organisasi Secara Efektif
Walau komunikasi biasanya bersifat untuk memberi
informasi atau berbincang demi menjaga harmonis organisasi, tetapi komunikasi
bisa saja mempunyai hambatan yang membuat organisasi tidak berjalan secara efektif,
diantaranya adalah :
1. Filtering, yaitu pengirim pesan memanipulasi
informasi sehingga informasi tersebut seakan-akan terlihat menguntungkan.
2. Selective perception, yaitu penerima pesan dalam
proses komunikasi secara selektif melihat dan mendengar pesan tersebut
berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, dan berbagai karakteristik
pribadinya.
3. Information overload, yaitu informasi yang kita
terima melebihi kapasitas kita dalam memproses/mengolah informasi tersebut.
4. Emotions, yaitu interpretasi yang berbeda
terhadap informasi saat kita sedang sedih dengan saat kita merasa senang.
5. Language atau bahasa, yaitu ketidakpahaman
terhadap bahasa atau istilah-istilah tertentu antara satu orang dengan yang
lain.
6. Silence, yaitu tidak adanya komunikasi
7. Communcation apprehention, yaitu
ketakutan/kecemasan seseorang untuk berkomunikasi
8. Lying, atau berbohong.
Cara Mengatasi Hambatan
Komunikasi dalam Organisasi
Adapun cara-cara yang efektif supaya tidak terjadinya hambatan komunikasi
dalam organisasi yaitu :
1.
Membuat suatu pesan secara berhati-hati,
tentukan maksud dan tujuan komunikasi serta komunikan yang akan dituju.
2.
Meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi, komunikator harus berusaha dapat membuat komunikan lebih mudah memusatkan
perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga penyampaian pesan dapat
berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
3.
Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan, cara dan waktu
penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar mengahasilkan
umpan balik dari komunikan sesuai harapan.
Penutup
A.
Kesimpulan
Manusia merupakann mahkluk mondualisme yaitu manusia
sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial. Dengan kordatnya sebagai mahkluk sosial,
maka manusia pasti membutuhkan manusia lainnya untuk bersosialisasi dan
berinteraksi baik kepada individu lain maupun kepada suatu kelompok atau
organisasi.. Dalam menjalankan sosialisasinya manusia membutuhkan komunikasi
yang baik dan benar, komunikasi
merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu kesamaan makna maupun tujuan. Manusia yang berkumpul dan
berkelompok untuk memenuhi suatu tujuan yang sama dari kelompok maupun individu disebut sebagai
Organisasi. Organisasi pada umunya terdiri dari pimpinan serta para anggota organisasi. Suatu
organisasi akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan apabila komunikasi
pada setiap anggota ini dapat berjalan dengan semestinya. Tidak hanya setiap
anggota saja akan tetapi pemimpin suatu kelompok berkewajiban untuk selalu menjaga komunikasi
dengan bawahannya. Komunikasi dapat diterapkan dan berjalan dengan baik dalam
suatu organisasi apabila pemimpin suatu organisasi bisa dan mau mendengar
saran, insfirasi dan pendapat dari anggota kelompok, saling tukar informasi
sebih banyak lebih baik serta tepat waktu, kepercayaan bawahan terhadap atasan
sebagai seorang pemimpin maupun seorang pribadi, bawahan maupun anggota
membutuhkan kepastian peraturan –peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan
tidak boleh untuk dilaksanakan, seorang pemimpin tidak harus memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya terhadap bawahannya, serta setiap organisasi harus
menyediakan saluran komunikasi. Apabila semua kontek diatas terpenuhi maka
komunikasi dalam organisasi akan berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
B. Saran
Kita sebagai mahkluk sosial harus bisa berkomunikasi baik antar
individu atau
antar kelompok individu. Belajar berkomunikasi dalam suatu organisasi sangatlah
penting. Kita sebagai pelajar atau mahasiswa wajib belajar berkomunikasi yang baik dan benar karena kalau tidak dimulai dari sekarang akan mengalami banyak
kerugian di masa yang akan datang. Diharapkan pelajaran
komunikasi
tidak hanya dipelajari di luar kelas saja tetapi masuk ke pelajaran formal, supaya nantinya
dalam terjun ke masyarakat, pemerintahan, dan dunia kerja kita sudah mempunyai skill
dimana kita bisa berkomunikasi secara baik dan benar.
Daftar Pustaka
Mulyana. 2008. Teori
Komunikasi-modul.
Thoha, Miftah.1996. Perilaku Organisasi.
E. Onong Uchyana.2001. Dimensi-Dimensi
Komunikasi.
Ronald Adler dan George Rodman.1997.
Understanding Human
Communication.
Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss. 1994.
Human Communication.
0 comments:
Post a Comment